INHILKLIK, - Tantangan yang berat di lapangan, demi pengabdiannya, semuanya dijalani dengan penuh kesabaran. Demi menyelamatkan manusia yang membutuhkan pertolongan, nyawa mereka ada kalanya "digadaikan".
Pengabdiannya kepada masyarakat harus diacungi jempol. Tidak bisa terhitung berapa banyak sudah bantuannya, apalagi ketika rakyat benar benar membutuhkannya.
Tidak peduli kondisi alam tidak bersahabat, ketika mendapatkan komando untuk sesegera mungkin melakukan tugas kemanusiaan, mereka akan meninggalkan keluarga, meninggalkan yang lainya demi membantu sesama.
Seperti yang dilakukan oleh Bhabinkamtibmas Polsek Mandah, Polres Inhil, Bripka Heru Susanto membantu seorang ibu baru melahirkan untuk kembali ke rumahnya pada Rabu 10 Januari 2024 lalu.
Aksi heroik itu dilakukan Bripka Heru dengan cara menandu perempuan itu menggunakan tandu darurat yang dibuat dari kayu dan sarung.
Bripka Heru menandu ibu baru melahirkan tersebut bersama seorang pria yang merupakan suami perempuan tersebut sejauh 3 kilometer.
Pengabdian nyata itu terjadi saat dirinya melaksanakan kegiatan cooling system Pemilu 2024 di Desa Bente, Kecamatan Mandah, wilayah hukum Polres Inhil. Ketika itu Bripka Heru tengah menyampaikan pesan kepada masyarakat agar mengikuti tahapan pemilu dengan damai dan tertib.
Saat sedang berbincang dengan warga, tiba-tiba Bripka Heru melihat pemandangan yang tidak biasa. Dia melihat ada seorang pria dengan terengah engah menggendong seorang perempuan menggunakan kain sarung.
Bripka Heru pun langsung menghampiri pria tersebut. "Mau kemana pak," tanya Heru sembari terkejut melihat istri pria tersebut berada di dalam sarung yang sedang di tandunya seorang diri.
Selanjutnya, Bripka Heru langsung membantu mengangkat Rosmini menggunakan tandu darurat yang dibuat dari kayu. Hal itu terpaksa dilakukan karena di wilayah tersebut tidak terdapat ambulance maupun kendaraan roda empat lainnya.
Uniformnya khas, sebagai pengayom rakyat. Itulah gambaran polisi, ketika negeri ini diterpa bencana ataupun kesulitan. Mereka akan tampil ke depan memberikan pengabdian, bagaikan tak kenal lelah. Aparat penegak hukum pengayom rakyat ini mempunyai moto Rastra Sewakotama, artinya Abdi Utama bagi Nusa Bangsa. Polri mengemban tugas-tugas di seluruh wilayah Indonesia untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Fakta di lapangan, sejarah telah mencatatnya, apa yang dilakukan polisi dalam memberikan pelayanan yang baik, sesuai dengan tugasnya, akan menjadi sebuah kenangan di masyarakat, mereka memiliki polisi yang professional.
Hal itu mungkin bagi sebagian orang tidak begitu melirik apa yang telah diperbuat oleh abdi negara seperti Bripka Heru ini. Bahkan sangat jarang kita dengar kinerjanya itu diberikan apresiasi oleh masyarakat. Padahal jika mau membuka mata hati dan melihat jerih payah polisi, mereka rela meninggalkan keluarga, sangat pantas mereka diberikan apresiasi.
Ketika terjadi bencana alam misalnya, di wilayah dimana pun, polisi selalu ada di garda terdepan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakatnya. Terkadang, bukan hanya menyelamatkan nyawa manusia tetapi harta benda masyarakat juga ikut diselamatkan, dijaga, diamankan dievakuasi ke tempat yang aman.
Bahkan dalam melaksanakan tugas kemanusiannya, nyawanya juga terancam, namun mereka tetap waspada dan tetap memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.
Diceritakan kronologisnya dari Bripka Heru, mulanya Rosmini ibu yang baru melahirkan itu digendong suaminya seorang diri. Karena merasa kasihan, Bripka Heru Susanto berinisiatif membantu Rosmini dan suaminya tersebut. Bripka Heru Susanto menggotong menggunakan tandu darurat yang dibuat kayu dan sarung.
Aksi menandu itu dilakukan karena di wilayah tersebut tidak ada ambulans maupun kendaraan roda empat.
Menjadi polisi tidaklah mudah, profesi ini di zaman sekarang sudah banyak rapor merah yang dilabelkan kepada mereka. Bisa karena disebabkan karena oknum oknumnya terlibat kasus narkoba, suap menyuap dalam suatu kasus dan lain sebagainya.
Mencuat kasus Sambo, Tedy Minahasa, dan sejumlah personil polisi yang harus dilucutinya pakaiannya, menandakan ada dinamika dalam institusi ini. Ada upaya membersihkan diri dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Mereka yang 'bandel' melanggar ketentuan yang sudah menjadi aturan baku, harus dibersihkan dari tubuh intitusi ini. Jangan karena nila setitik rusak susu sebelanga. Jangan karena ranting dan dahan, lantas pohonnya yang harus ditumbangkan.
Bila ranting dan daun bermasalah, patah tumbuh hilang berganti. Sudah seharusnya ranting dan dahan yang mengganggu kelangsungkan perjuangan sang "pohon" untuk dipangkas. Karena ketika pohonnya bagus, wajar bila ada ranting dan cabang yang kurang sepadan menyatu dengan pohon.
Perilaku oknum-oknum yang melanggar aturan, bukanlah menjadi ukuran semuanya melakukan hal yang tidak baik. Masih banyak polisi baik di bumi pertiwi ini. Masih banyak yang melakukan tugas dengan panggilan jiwa, mengedepankan nurani.
Polisi juga hanyalah manusia biasa, punya kelemahan dan kesilapan. Saling mengingatkan adalah tugas kita semua. Namun mereka sudah ditempa untuk memberikan pengabdian, buktinya masih banyak polisi baik di negeri ini. *
Penulis : Juni Liadi Putra Pratama (Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Indragiri Hilir)
Media : INHILKLIK.COM