INHILKLIK - Persediaan biji kopi diperkirakan akan habis pada 2080 dikarenakan disrupsi iklim yang sedang terjadi. Hal itu disampaikan oleh Ketua Umum ICMI, Arif Satria dalam acara halal bihalal ICMI 2024.
Perubahan iklim menjadi komponen terbesar dari disrupsi dunia yang terjadi hari-hari ini. Dampaknya sangat serius terhadap bahan pangan di Indonesia, salah satunya adalah biji kopi.
“Kopi itu kira-kira akan berakhir di 2080, kalau kita tidak mampu memitigasi. Karena simulasi yang kita lakukan bersama para ahli perubahan iklim, dengan peningkatan suhu maka akan terjadi penurunan produktivitas kopi,” ungkap Arief di Kantor Pertanian, Jakarta Selatan, pada Rabu (1/5/2024).
Arief menjelaskan bahwa perubahan iklim perlu lebih diperhatikan baik pemerintah dan masyarakat. Sebab perubahan suhu yang terus meningkat sangat berdampak pada produktivitas bahan pangan, dalam hal ini kopi.
“Setiap satu derajat kenaikan suhu, maka akan menurunkan produktivitas 10 persen,” imbuhnya.
Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, skenario yang terburuk adalah punahnya biji kopi pada 2080. Hal itu akan terjadi apabila tidak berhasil mengantisipasi perubahan iklim dari sekarang.
“Nantinya cicit-cicit kita hanya bisa melihat kopi di museum,” kata Arif sambil bergurau.
Sebelumnya, pemerintah telah menyiapkan beberapa lahan di luar Jawa untuk menyangga produksi pangan nasional. Antisipasi tersebut diharapkan dapat menjaga keberlanjutan ketersediaan pangan di tengah krisis perubahan iklim.
Hal itu disampaikan oleh Direktur Ketersediaan Pangan Bapanas, Budi Waryanto dalam acara diskusi "Pentingnya Keberlanjutan Pangan Di Tengah Krisis Iklim", Selasa (5/3/2024).
“Seingat saya ada yang sedang dirancang untuk 2025, kawasan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, bahkan Papua,” ujar Budi.