Tembilahan (Inhilklik) - Ketersediaan gas elpiji di Kota Tembilahan sering mengalami kekosongan. Sehingga masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan gas untuk keperluan rumah tangga maupun usaha.
''Sudah dua hari ini saya kehabisan gas. Beberapa agen penjualan elpiji yang saya hubungi semuanya kehabisan stok. Mereka hanya bisa menjanjikan satu atau dua hari ke depan baru bisa memenuhi permintaan pelanggan,'' keluh Agus, warga Jalan Batang Tuaka, Tembilahan.
Kondisi seperti ini menurutnya sangat merepotkan. Sejak adanya konversi  minyak tanah ke gas, kebutuhan memasak di dapur sepenuhnya bergantung ke bahan bakar gas.
Aida, ibu rumah tangga di Jalan H Arief Tembilahan Hulu, juga mengungkapkan keluhan senada. Ia mengaku kebutuhan gas untuk dagangannya sejak kemaren kosong.
''Dari kemaren mau tidak mau saya terpaksa mempergunakan kembali kompor minyak tanah. Memang boros, tapi mau gimana lagi. Tidak memasak artinya sebagai pedagang lauk pauk saya harus kehilangan penghasilan,'' ungkap Aida.
Dikatakan Aida, terjadinya kekosongan gas di pasaran bukan terjadi satu dua kali ini saja. kejadian ini sudah sering berulang. Ia berharap agar kondisi ini tidak terus merepotkan masyarakat. Pihak-pihak terkait diminta untuk lebih serius melakukan pengawasan.
''Apa pun bahasanya, sejak program konversi minyak tanah ke gas, katanya pemerintah menjamin ketersedian gas bagi kebutuhan masyarakat akan lancar. Kita berharap janji pemerintah ini jangan hanya mudah diucapkan tapi tidak berani tanggungjawab,'' kesal Aida. (*)
Source: goriau.com
''Sudah dua hari ini saya kehabisan gas. Beberapa agen penjualan elpiji yang saya hubungi semuanya kehabisan stok. Mereka hanya bisa menjanjikan satu atau dua hari ke depan baru bisa memenuhi permintaan pelanggan,'' keluh Agus, warga Jalan Batang Tuaka, Tembilahan.
Kondisi seperti ini menurutnya sangat merepotkan. Sejak adanya konversi  minyak tanah ke gas, kebutuhan memasak di dapur sepenuhnya bergantung ke bahan bakar gas.
Aida, ibu rumah tangga di Jalan H Arief Tembilahan Hulu, juga mengungkapkan keluhan senada. Ia mengaku kebutuhan gas untuk dagangannya sejak kemaren kosong.
''Dari kemaren mau tidak mau saya terpaksa mempergunakan kembali kompor minyak tanah. Memang boros, tapi mau gimana lagi. Tidak memasak artinya sebagai pedagang lauk pauk saya harus kehilangan penghasilan,'' ungkap Aida.
Dikatakan Aida, terjadinya kekosongan gas di pasaran bukan terjadi satu dua kali ini saja. kejadian ini sudah sering berulang. Ia berharap agar kondisi ini tidak terus merepotkan masyarakat. Pihak-pihak terkait diminta untuk lebih serius melakukan pengawasan.
''Apa pun bahasanya, sejak program konversi minyak tanah ke gas, katanya pemerintah menjamin ketersedian gas bagi kebutuhan masyarakat akan lancar. Kita berharap janji pemerintah ini jangan hanya mudah diucapkan tapi tidak berani tanggungjawab,'' kesal Aida. (*)
Source: goriau.com