INHILKLIK.COM, JAKARTA - Berdasarkan peraturan pemerintah di Thailand, setiap pria berusia di atas 21 tahun wajib mengikuti 'hari pengundian' untuk merekrut mereka di wajib militer. Akan tetapi, hukum Thailand juga melarang para transeksual mengubah jenis kelamin mereka di dokumen identitas.
Hal ini membuat para wanita trans arus ikut ambil bagian dalam undian tersebut. Pilihannya cuma dua: mendapatkan kartu hijau yang berarti ikut wajib militer atau kartu merah yang berarti bebas.
Butuh waktu perjuangan selama enam tahun oleh komunitas perempuan trans sebelum akhirnya PTUN membebaskan wajib militer baggi trans. Akan tetapi, pengecualian tersebut hanya dapat mereka peroleh bila mereka memiliki dokumen pembebasan.
Jika tidak, para wanita trans tersebut tetap harus mengikuti wajib militer. Tentu saja, hal ini membuat malu dan stres bagi para wanita trans di Thailand. Menurut Khaosodenglish, protes dari komunitas LGBT pun menyebar di mana-mana akibat aturan tersebut.
Hari pengundian berlangsung setiap bulan April tiap tahunnya. Ratusan pria dari sembilan kabupaten di Thailand pun harus berkumpul di tempat pertemuan untuk mengetahui nasib mereka.
Patra Wirunthanakij atau lebih dikenal dengan nama Nadia merupakan mantan Miss Mimosa Ratu Thailand, kontes bagi para trans. Bersama sahabatnya, Anchada Duayamphan, ia mengaku gugup saat menunggu undian.
"Aku gugup dan bersemangat. Aku belum menjadi wanita sepenuhnya, aku belum melakukan operasi," kata Anchada.
Selain itu, seorang wanita trans bernama Rusanan Reuanmoon juga mengungkapkan penolakannya mengikuti wajib militer.
"Aku tak ingin menjadi seorang tentara. Aku ingin menjadi wanita meski kini belum 100 persen," tegas dia. (l6c)