INHILKLIK.COM, BEIJING - Khawatir akan kemungkinan serangan Amerika Serikat (AS) ke Korea Utara (Korut), Beijing mendesak warganya untuk kembali. Pasalnya, Pyongyang memilih untuk melanjutkan program senjata nuklir dan uji coba rudal balistiknya.
Radio Free Asia yang didanai oleh AS melaporkan bahwa Kedutaan Besar China di Korut mengirimkan peringatan kurang dari seminggu sebelum peringatan 85 tahun Tentara Rakyat Korea pada tanggal 25 April lalu. Dikhawatirkan Korut akan menggunakan kesempatan itu untuk melakukan uji coba nuklir keenamnya.
Pada kenyataannya, Pyongyang malah melakukan latihan perang besar-besaran. Empat hari setelah perayaan itu, Korut melakukan uji coba rudal. Namun, proyektil tersebut meledak beberapa menit setelah diluncurkan, sebuah "kegagalan" yang kemudian diduga oleh pejabat Korea Selatan (Korsel) sebagai sebuah kesengajaan.
Di tengah peryaan itu, kapal selam bertenaga nuklir AS USS Michigan yang dipersenjatati 150 rudal Tomahawk bergabung dengan armada kapal perang yang dipimpin oleh USS Carl Vinson di dekat Semenanjung Korea. Keberadaan mereka dimaksudkan untuk unjuk kekuatan kepada Korut.
Seorang warga Korea-China yang meninggalkan Pyongyang setelah menerima peringatan tersebut pada akhir April mengatakan kepada Radio Free Asia, "Kedutaan tersebut tidak pernah memberikan peringatan seperti itu. Saya khawatir dan segera meninggalkan negara itu," menurut Korea Times seperti dikutip Sputniknews, Rabu (3/5/2017).
Dia menambahkan bahwa, meski terjadi ketegangan dengan Korsel dan AS, lingkungan Pyongyang begitu "damai" mencegah adanya rasa urgensi atau kepanikan di antara populasi Korea-Cina.
Korut menuduh AS telah mendorong Semenanjung Korea ke jurang perang nuklir dengan agresi dan histerianya. Tuduhan itu merujuk pada penempatan sistem anti rudal THAAD AS di Korsel dan latihan perang bersama kedua negara.
Melalui kantor beritanya, KCNA, Korut menyatakan pihaknya akan terus meningkatkan kemampuan militernya untuk melakukan pertahanan diri dan serangan nuklir pre-emptive.
"Sekarang ketika AS menjatuhkan seluruh sanksi dan tekanan terhadap DPRK, sesuai dengan kebijakan baru DPRK yang disebut tekanan maksimum dan pertempuran, DPRK akan mempercepat langkah maksimum untuk memperkuat pencegahan nuklirnya," kata seorang juru bicara Korut yang dikutip oleh The Guardian.
Pada hari Senin, KCNA juga mencatat bahwa Korut siap untuk melakukan uji coba nuklir berikutnya kapan pun sesuai dengan keinginan pemimpin Korut. (sindo)