Foto Ilustrasi (Int)
INHILKLIK.COM, MOSUL - Otoritas Irak mengamankan 1.400 perempuan dan anak-anak yang terkait dengan dengan kelompok Islamic State (IS). Sebagian besar di antara mereka berasal dari Turki dan negara-negara pecahan Uni Soviet.
Kondisi mereka memang buruk. Tidur di atas matras berkutu di tenda-tenda tanpa AC.
Mereka tak punya jalan keluar dari persoalan yang dihadapi dan hidup dalam kekhawatiran bakal mengalami serangan balas dendam. Banyak di antara perempuan itu adalah para istri kombatan ISIS dari luar negeri yang bersama anak-anak mereka kini ditahan di sebuah lokasi rahasia di gurun pasir di Irak.
Saat ini mereka dalam kondisi frustasi. Berdasar video hasil rekaman reporter Russia Today, para perempuan itu sangat rindu untuk bisa pulang ke negeri asal masing-masing.
“Sebagian besar di sini datang dengan suami mereka. Kami tidak datang ke sini untuk bertempur atau terbunuh. Kami kemari untuk hidup,” ujar seorang perempuan dalam sebuah video itu.
Namun, tidak semua yang datang di kamp tersembunyi itu merasakan hal sama. Sebab, ada juga yang justru nekad melakukan aksi bunuh diri.
“Ketika kami kemari, salah satu perempun yang bersama kami meledakkan dirinya sendiri. Tentara langsung mulai menembak,” ujar salah satu di antara mereka.
Sedangkan perempuan lain yang suaminya terbunuh mengaku sudah tak tahan hidup dalam kondisi seperti itu. “Saya ingin pulang. Saya ada di sini karena tak sengaja. Tolong bawa saya keluar dari sini,” katanya.
Di antara para perempuan itu ada yang berwajah Asia. Bahkan, ada pula yang berasal dari Prancis dan Jerman di antara mereka.
Sebagian besar dari mereka tiba di kamp yang dikelola PBB itu sejak 30 Agustus lalu, atau ketika tentara Irak mengusir IS dari Mosul. Sementara lokasi kamp masih dirahasiakan karena pekerja kemanusiaan dan otoritas Irak merasa khawatir dengan ketegangan yang muncul setelah IS kocar-kacir.
Banyak warga Irak yang ingin membalas dendam karena diperlakukan secara kasar ketika ISISmenguasai Mosul pada 2014. Karena itu para istri petempur ISIS dan anak-anak mereka dipisahkan.
“Keluarga-keluarga itu dijaga di sisi lain demi keselamatan mereka,” ujar agen intelijen militerIrak.
Keberadaan para istri kombatan ISIS itu juga memicu kekhawatiran para pejabat di negara-negara Barat. Kembalinya mereka setelah keruntuhan kekhalifahan ISIS di bawah pimpinanAbu Bakr al-Baghdadi dikhawatirkan akan memicu radikalisasi di negeri masing-masing. (Jpnn)