Meskipun Lulusan Sarjana Ekonomi, Pemuda di Inhil ini Tak Gengsi Jadi Petani Cabe

Rabu, 26 Agustus 2020

Sairi Permadani saat berada di kebun cabe nya.

INHILKLIK.COM, TEMBILAHAN - Zaman sekarang, memang sudah sangat jarang anak muda yang mau terjun ke tanah berlumpur, profesi menjadi petani dianggap tidak bergengsi dan cenderung dipandang rendahan.

Tetapi tidak demikian bagi seorang Sairi Permadani, seorang pemuda di kelurahan Tempuling, Kecamatan Tempuling, Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.

Meskipun muda dan seorang lulusan sarjana ekonomi, Ia tidak gengsi memilih bekerja menjadi seorang petani dengan mengelola lahan tidur miliknya.

Di lahan seluas 80 meter persegi, Alumni Universitas Islam Indragiri (Unisi) itu menanam cabe merah. Sebanyak 2500 batang cabe yang ditanamnya dua bulan setengah lalu kini sudah berbuah, dalam sekali panen Sairi mampu memperoleh 40 hingga 60 kilogram.

"Alhamdulillah ini sudah lima kali panen, dari panen pertama sampai sekarang kurang lebih sudah 250 kg yang saya panen," kata Sairi ketika disambangi awak media, Minggu (23/08/2020).

Untuk saat ini dikatakan Sairi, harga cabe merah lokal dipasaran berkisar 15 ribu hingga 18 ribu perkilogram nya. Meski harga cabe sedang turun, Sairi tetap memiliki pengashilan yang cukup besar dari hasil bertaninya.

Tak hanya itu, ternyata bertani juga profesi yang sangat mulia. Tidak hanya Sairi sendiri yang menikmati hasil cabenya, ada lima sampai tujuh orang yang bisa Ia pekerjakan untuk membantunya memanen.

“Untuk panen biasa saya dibantu warga di sini. Nanti upah per kilogram panennya saya bayar Rp3.000 per kilonya. Hitung-hitung bagi-bagi rejeki kewarga-warga sini,” sebutnya.

Sementara untuk pemasaran, untuk saat ini dirinya mengaku hanya menjual ke warung-warung yang ada di Kecamatan Tempuling.

Untuk di pasar, dia mengatakan cabai merah lokal ini kalah pasar dengan cabai dari Sumbar, Jawa dan Lampung.

Sairi juga bercerita, bahwa sebelum menanam cabai merah lokal ini dirinya sempat menanam cabai rawit namun tidak bertahan lama karena diserang hama.

“Sebelum fokus ke kebun, saya dulunya pernah berkerja di kapal Batam - Malaysia beberapa tahun. Karena lelah saya berhenti dan awal 2019 lalu saya mulai mencoba menanam cabai rawit namun gagal. Cabai yang saya tanam semua diserang hama,” sebutnya.

Mengakhiri perbincangan, pria single kelahiran 1989 ini mengajak semua generasi muda agar tidak malu untuk menjadi petani, di Kabupaten Inhil masih banyak lahan-lahan tidur yang tidak terkelola.

“Saya berharap kepada pemuda khususnya di Inhil untuk tidak malu berkebun atau menjadi petani. Sesuatu yang digeluti dengan serius pasti berhasil,” ujarnya.