Banjir Bandang Tewaskan 60 Orang di Afganistan

Ahad, 12 Mei 2024

INHILKLIK - Banjir bandang akibat hujan musiman di Provinsi Baghlan di Afganistan utara menewaskan sedikitnya 60 orang pada Jumat (10/5/2024).

Menurut Direktur Penanggulangan Bencana Alam Baghlan, Edayatullah Hamdard banjir bandang juga menyebabkan kerugian pada rumah dan harta benda warga Afganistan di beberapa distrik. Dia mengatakan jumlah korban tewas saat ini masih dalam tahap awal dan kemungkinan bertambah karena masih banyak orang hilang.

Juru Bicara Kementerian Negara Penanggulangan Bencana Alam Taliban, Abdullah Janan Saiq mengatakan, banjir bandang juga melanda ibu kota negara Kabul. Dia mengatakan tim penyelamat yang membawa makanan dan bantuan lainnya telah dikirim ke daerah yang terkena dampak.

Saiq mengatakan bahwa operasi penyelamatan adalah fokus utama pihak berwenang saat ini, dan dia belum bisa memberikan angka yang pasti mengenai korban dan kerusakan.

Regu penyelamat dengan bantuan pasukan keamanan dari tentara nasional dan polisi mencari kemungkinan korban tertimbun lumpur dan puing-puing,” kata Hamdard.

Puluhan tenda, selimut dan makanan disediakan bagi mereka yang kehilangan tempat tinggal.

Rekaman video di media sosial menunjukkan aliran air berlumpur yang deras membanjiri jalan dan mayat-mayat diselimuti kain putih dan hitam.

Dalam salah satu klip video, terdengar anak-anak menangis dan sekelompok pria melihat ke arah air banjir yang membawa kayu dan puing-puing rumah.

Sejak pertengahan April, banjir bandang dan banjir lainnya telah menyebabkan sekitar 100 orang tewas di 10 provinsi Afganistan.

Hujan pada hari Jumat juga menyebabkan kerusakan parah di Provinsi Badakhshan timur laut dan Provinsi Ghor tengah.

Juru bicara pemerintah Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan pihak berwenang akan memberikan dukungan kepada mereka yang terkena dampak banjir di seluruh negeri.

Afganistan, yang memiliki musim dingin yang relatif kering, sehingga sulit bagi tanah untuk menyerap curah hujan sangat rentan terhadap perubahan iklim.

Negara yang dilanda perang selama empat dekade, menurut para ilmuwan, salah satu negara yang paling tidak siap menghadapi dampak pemanasan global. Afganistan, yang hanya menyumbang 0,06 persen emisi gas rumah kaca dunia, berada di peringkat keenam dalam daftar negara yang paling berisiko terkena perubahan iklim.

Menurut Bank Dunia, separuh penduduk Afganistan hidup di bawah garis kemiskinan, dan 15 juta orang mengalami kerawanan pangan.