INHILKLIK, - Perdamaian di Timur Tengah hanya akan tercapai melalui konflik besar yang melibatkan para pialang kekuasaan regional.
Demikian yang dikemukakan mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev.
Dalam tulisannya di saluran Telegramnya pada Kamis (1/8/2024), Medvedev, yang kini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, mempertimbangkan meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran, serta mitra dan sekutu mereka di kawasan tersebut dan sekitarnya.
“Simpul semakin erat di Timur Tengah. Turut berduka cita atas hilangnya nyawa orang-orang tak berdosa. Mereka hanyalah sandera dari negara yang menjijikkan: AS,” kata Medvedev, seraya menambahkan “jelas bagi semua orang bahwa perang skala penuh adalah satu-satunya jalan menuju perdamaian yang goyah di kawasan tersebut.”
Komentarnya muncul setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh dalam serangan roket di ibu kota Iran, Teheran, pada hari Rabu. Hamas menuduh Israel mengatur serangan itu dan memperingatkan bahwa Israel akan "membayar harga" untuk "kejahatan keji itu."
Israel tidak membantah atau mengonfirmasi keterlibatannya, tetapi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada hari Rabu membanggakan bahwa negaranya telah memberikan pukulan telak kepada Hamas, Houthi, dan Hizbullah – kelompok militan Islam yang memiliki hubungan dekat dengan Iran yang beroperasi di Gaza, Yaman, dan Lebanon.
Sementara itu, Iran juga menyalahkan Israel, menambahkan bahwa AS – sekutu utama Israel – ikut bertanggung jawab atas apa yang disebutnya sebagai "tindakan terorisme keji."
Namun, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bersikeras bahwa Washington "tidak mengetahui atau terlibat dalam" pembunuhan Haniyeh.
Pembunuhan seorang pejabat senior Hamas terjadi setelah Israel mengonfirmasi bahwa mereka telah melakukan serangan di Beirut, Lebanon yang menewaskan komandan Hizbullah Fuad Shukr.
Yerusalem Barat bersikeras bahwa dialah yang berada di balik serangan di lapangan sepak bola di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel yang menewaskan 12 anak di bawah umur.
Israel dan Hizbullah berada di ambang konflik terbuka dan telah saling serang lintas perbatasan sejak Hamas melancarkan serangan mendadak pada 7 Oktober terhadap negara Yahudi tersebut.
Perang Israel-Hamas, yang telah membawa kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza, telah meningkatkan ketegangan di seluruh wilayah tersebut.