Studi: Facebook Bikin Anda Makin Bodoh

Jumat, 07 Februari 2014

post

Facebook (Int)

Inhilklik.com - Jejaring sosial telah merevolusi cara berkomunikasi antarindividu. Dengan Facebook misalnya, kita semakin mudah mencari dan berbagi teman. Dengan situs mikroblog Twitter, kita juga mudah membicarakan satu perihal atau topik dengan pengguna lain. 

Jejaring sosial memang mengasyikkan. Tapi, Anda perlu mempertimbangkan temuan menarik ahli komputer doktoral University of Edinburgh, Dr Iyad Rahwan.

Dia yakin, kecepatan, volume dan kemudahan informasi yang dibagi melalui jejaring sosial berpotensi menurunkan kemampuan berpikir. Penggunanya memiliki risiko susah berpikir secara analitis. 

Peringatan ini disimpulkan setelah peneliti menguji 20 orang pengguna media sosial dengan trik pertanyaan berulang-ulang. 

Dalam studinya, Rahwan bertanya pada responden, jika harga bola dan pemukul adalah £1.10, sedangkan harga pemukul lebih mahal £1 dari harga bola, maka berapa harga bola sebenarnya?

Meski pertanyaannya terlihat mudah, namun peneliti menemukan jawaban yang membuatnya geleng-geleng kepala.

Responden menjawab harga bola 10 sen, padahal jawaban yang benar yaitu lima sen. 

Meski pertanyaan disampaikan secara berulang, responden ternyata konsisten dengan jawaban awal mereka sebelum membetulkan jawaban beberapa saat kemudian. 

Rahwan kemudian beralih pada kelompok kedua responden dengan skema pertanyaan yang sama dengan kelompok sebelumnya. Hasilnya, juga tak jauh beda dengan kelompok pertama. 

Temuannya malah mengejutkan. Ternyata, responden menjawab dengan mendasarkan pada jawaban umum dari yang beredar luas. Responden mencontek jawaban tanpa melihat pertanyaan tersebut secara cermat.

"Kami kira orang tak mau berpikir lama-lama karena melihat suatu hal membutuhkan waktu. Sementara setiap hari kita tak memiliki banyak waktu untuk memverifikasi segalanya," ujar Rahman yang bekerja di Masdar Institute of Science and Technology, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. 

Peneliti berkesimpulan, dengan sering menggunakan Facebook dan Twitter, pengguna berpotensi mengandalkan umpan balik dari orang lain. Dan, cara berpikir ini akan mengikis kemampuan kritis dan menumbuhkan kemalasan berpikir. 

Menurutnya, anggapan dengan berjejaring sosial pengguna jadi lebih terlihat pintar karena memiliki informasi banyak dan cepat sangatlah dangkal. 

Pemilihan objek studi hanya pada Facebook dan Twitter dilakukan dengan pertimbangan jaringan pengguna yang tergolong masif.

Uniknya, Rahwan juga memiliki akun Facebook, namun selama berbulan-bulan ia tak menggunakannnya. 

Studi ini telah dipublikasikan dalam Journal of the Royal Society Interface. | viva