|
Fuady Noor, SE |
Pekanbaru (Inhilklik) - Kebanyakan masyarakat awam masih berfikir politik itu identik dengan uang, jika ingin duduk sebagai calon Presiden, Gubernur, Bupati, Anggota legislilatif, bahkan Kepala Desa sekalipun, kita harus punya uang, dalam artian uang atau materi tersebut untuk diberkan kepada masyarakat demi mendapatkan suara.
Mengakarnya budaya yang banyak orang menyebutnya
money politic tersebut tidak serta merta kesalahan masyarakat sepihak, tetapi juga disebabkan tidak sedikit para calon pejabat publik atau wakil rakyat yang menggunakan jurus tersebut, sehingga masyarakat terbiasa dengan hal tersebut, sehingga tercipta mindseet jika ingin menjadi pejabat harus punya uang dan pakai uang.
Namun apa yang dialami Fuady Noor, SE Caleg Provinsi Riau dapil Indragiri Hilir ini merupakan hal yang tidak biasa, ketika melakukan sosialisasi kedaerah-daerah pemilihannya Ia justru diberi sembako berupa beras dan hasil pertanian lainnya oleh masyarakat saat Ia berkunjung ke daerah Keritang beberapa waktu lalu.
"Saya jadi sangat terharu sekali, ternyata sangat besar harapan masyarakat untuk sebuah perubahan, ketika saya berkujung saya malah dikasih beras, pisang, dan lain-lain oleh warga, sampai-sampai susah saya membawanya" Ungkap Fuady Noor saat bincang-bincang bersama tim inhilklik, Selasa (28/01/14).
"Saya tak menyangka, setelah saya kumpulkan dan itung-itung, jumlahnya mencapai satu ton lebih, saya tidak taulah apakah caleg-caleg lain mengalami hal yang sama" tambah Direktur PT Nabila Holliday Tour dan Travel tersebut.
Menurut Fuady Noor, wakil rakyat itu adalah digajih oleh rakyat dan menjadi bos tersebut adalah rakyat, jika wakil rakyat tidak maksimal dalam bekerja maka wajar jika rakyat marah, "kalo wakil rakyat tak becus bekerja ya wajar bosnya
(masyarakat, red) marah, saya saja jika karyawan saya tidak becus maka saya akan marah karena saya sudah gajih dia" jelas caleg dari partai Nasdem nomor urut tujuh tersebut.
"Saya yakin secara perlahan masyarkat mulai cerdas dan tercerahkan dalam memilih pemimpin, sekarang masyarakat sudah bisa menilai mana pemimpin yang layak untuk dipilih" tutur Fuady.
(ard)