|
Foto: www.etdy.com |
Tembilahan (Inhilklik) - Pada zaman dahulu, angpao bukan berupa uang, melainkan berupa manisan, bonbon dan makanan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, para orang tua merasa lebih mudah untuk memberikan uang kepada anak-anak mereka. Dengan uang yang didapatnya mereka dapat memutuskan untuk membeli apa pun yang mereka inginkan sebagai hadiah.
Tradisi memberikan uang sebagai hadiah ini pertama kali muncul pada zaman Dinasti Ming dan Qing. Seperti diketahui dalam sebuah literatur disebutkan bahwa anak-anak menggunakan uang yang mereka dapatkan untuk membeli petasan, manisan serta kue-kue. Selain itu tindakan ini juga secara tidak langsung ikut meningkatkan peredaran uang dan perputaran roda ekonomi di Tiongkok pada masa itu.
Pada zaman dulu, nominal uang terkecil yang beredar di Tiongkok adalah kepingan perunggu yang dinamakan wen atau tong bao. Kepingan perunggu ini biasanya memiliki lubang segi empat di tengahnya. Lalu bagian tengah dari keping perunggu ini diikatkan menjadi untaian uang dengan tali merah. Pada waktu itu biasanya para keluarga kaya akan mengikatkan 100 keping perunggu yang dijadikan hadiah dengan harapan mereka yang memberi diberikan umur yang panjang.
Legenda Angpao
Pada zaman dahulu dikisahkan ada seekor mahluk yang tinggi dan besar. mahluk ini akan keluar di setiap malam tahun baru untuk mengelus dahi anak-anak yang sedang terlelap tidur. Lalu kemudian anak-anak yang pernah dibelainya itu akan menjadi gila. Demi keselamatan anak-anak, maka setiap orang tua akan menjaga anak-anak mereka sepanjang malam.
Lalu kemudian berdasarkan legenda di Provinsi Zhejiang, ada pasangan suami istri yang baik dan jujur. Mereka baru saja memperoleh seorang anak di usia senja mereka, karena itulah pasangan ini begitu menyayangi anak mereka.
Pada suatu malam tahun baru, untuk menghindari agar anakya tidak diganggu oleh mahluk besar tersebut, kedua orang tua ini menemani anaknya bermain dengan kertas merah berisi koin uang. Lalu setelah lelah sepanjang malam bermain, orang tua anak itupun tertidur. Tanpa sengaja koin uang yang dibungkus dengan kertas merah tersebut jatuh persis disamping bantal si anak.
Tidak lama kemudian hal yang ditakutkan para orangtua pun terjadi, si mahluk besar tersebut datang dan berusaha menjulurkan tanganya untuk menjamah kepala anak mereka. Ketika tanpa sengaja kedua orangtua tersebut terbangun, mereka tampak kaget bukan kepalang, namun tidak dapat berbuat apa-apa. Saat itulah tampak bungkusan merah yang berisi koin di sisi bantal anak tersebut memancarkan seberkas cahaya dan langsung menyinari mahluk tersebut hingga mahluk itu berteriak hsiteris dan kabur.
Dalam waktu singkat, orang-orang di seluruh pelosok desa mengetahui mengenai peristiwa tersebut dan mereka menganggap bahwa di malam terakhir setiap tahunnya atau malam tahun baru, dengan menggunakan kertas merah yang diisi uang dan diletakan di sisi bantal anak-anak akan dapat menghalau mahluk besar yang menggangu tersebut.
Sejak saat itulah semua orang lalu memiliki kebiasaan mengisi uang dengan kertas merah yang kemudian menamai dengan nama angpao dan semua anak-anak bisa melewati setahun usianya dnegan selamat setalah mereka mendapatkan angpao.
Terlepas dari benar atau tidaknya cerita legenda ini, namun hingga kini angpao masih menjadi kebiasaan yang turun temurun diberikan kepada anak-anak atau orang yang belum menikah ketika perayaan Imlek datang. (berbagaisumber)